Sejarah

Pertanyaan

Munculnya kaum terpelajar pribumi pada masa kolonial Belanda mendorong munculnya surat kabar lokal. Identifikasilah surat kabar tersebut lengkap dengan tahun dan kota terbitnya!

Makasihh yang udah bantu jawab

1 Jawaban

  • Kelas: X

    Mata pelajaran: Sejarah

    Materi: Masa Pergerakan Kemerdekaan

    Kata Kunci: Politik Etis, Surat Kabar

     

    Jawaban pendek:

     

    Munculnya kaum terpelajar pribumi pada masa kolonial Belanda mendorong munculnya surat kabar lokal.

     

    Surat kabar tersebut adalah:

     

    1.    “Darmowarsito”, terbit pada 5 Juli 1879 di Yogyakarta.

    2.    “Retnodoemilah”, terbit pada 17 Mei 1895 di Yogyakarta.

    3.    “Darmo Kondo”, terbit pada tahun 1910 di Yogyakarta

    4.    “Bintang Mataram”, terbit pada tahun 1913 di Yogyakarta.

    5.    “Oetoesan Hindia”, terbit pada 26 Januari 1913 di Surabaya.

     

    Jawaban panjang:

     

    Munculnya para tokoh terpelajar dari kalangan indonesai timbul sebagai akibat pendidikan modern yang berasal dari Politik Etis (Politik Balas Budi) dari Belanda. Politik adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam paksa.

     

    Dengan adanya para tokoh yang terpelajar, mulai muncul surat kabar yang dimiliki orang Indonesia dan berbahasa asli Indonesia.

     

    Surat kabar berbahasa Jawa muncul pada tanggal 5 Juli 1879 dengan nama “Darmowarsito” yang dipimpin oleh H. Halkema dengan Sultan Yogyakarta, Hamengkubuwono VII, sebagai pelindungnya. Harian ini terbit setiap hari Sabtu dengan tarif 6 gulden per semester dan dicetak oleh Percetakan H. Buning.

     

    Karena kurang dan rendahnya minat masyarakat untuk membaca maka Darmowarsito gulung tikar tahun 1880. Setelah vakum sekian lamanya, pada tanggal 17 Mei 1895 terbit lagi surat kabar berbahasa Jawa dengan nama Retnodoemilah. Pada mulanya Retnodoemilah merupakan surat kabar mingguan kemudian terbit setiap minggu 2 kali yaitu hari Selasa dan Jumat dengan pengantar bahasa Jawa dan Melayu. Surat kabar ini diterbitkan oleh Percetakan H. Buning & Co dengan editor seorang Belanda, F.L Winter.

     

    Pada tahun 1900 Wahidin Sudirohusodo menjadi editor Retnodoemilah seksi bahasa Jawa dan Tjan Tjiok San menjadi editor Retnodoemilah seksi bahasa Melayu. Pada tahun 1901, Wahidin Sudirohusodo menjadi redaksi tunggal Retnodoemilah.

     

    Salah satu surat kabar terkenal di Jawa adalah Darmo Kondo. Surat kabar ini dibeli oleh Boedi Oetomo sekitar tahun 1910 dari penerbit Cina. Sebelum dibeli Boedi Oetomo cabang Surakarta, surat kabar Darmo Kondo diterbitkan oleh Tan Tjoe Kwan. Melalui Darmo Kondo ini, Boedi Oetomo menyebarluaskan cita-citanya kepada masyarakat.

     

    Di Yogyakarta, surat kabar Melayu Tionghoa terbit tahun 1913 dengan nama Bintang Mataram. Surat kabar ini dicetak oleh Handelsdrukkerij In Boe Soe Kiok yang isinya tentang masalah-masalah perdagangan Cina.

     

    Pada tanggal 26 Januari 1913, surat kabar Oetoesan Hindia terbit di Surabaya, di bawah pimpinan H.O.S Tjokromaninoto. Surat kabar milik SI (Sarekat Islam) ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan pergerakan nasional, politik, ekonomi, dan perburuhan yang dipimpin oleh Central Sarikat Islam. Banyak tokoh pergerakan menulis di surat kabar ini, antara lain H.O S. Tjokroaminoto, Abdul Muis, H. Agus Salim, dan Alimin Prawirohardjo. Surat kabar milik SI lainnya adalah Sinar Djawa (Semarang), Pantjaran Warta (Betawi) dan Saroetomo (Surakarta).

     

    Kemudian, Wahidin Sudirohusodo mendirikan Harian Boedi Oetomo (1920-1924) menjadi organ organisasi Boedi Oetomo (BO). Harian ini dicetak oleh percetakan Mardi Moelja.

     

    Sedangkan Partai Sarekat Islam Indonesia menerbitkan harian Lasjkar (1930-1932) dan Fajar Asia yang dipimpin HOS Cokroaminoto dan Haji Agus Salim.

     

    Sedya Tama merupakan surat kabar lokal yang terbit pertama kali tahun 1925. Surat kabar ini terbit tiga kali dalam seminggu. Namun, tahun 1926 surat kabar ini terbit setiap hari. Pada tahun 1930-an, satu-satunya koran yang dapat dibaca dan menjadi hiburan bagi masyarakat adalah Sedya Tama. Koran ini menggunakan bahasa Jawa dengan huruf latin. Koran ini diterbitkan oleh para pemuda pergerakan. Direksi penerbitan koran ini dijabat oleh R. Rudjito, seorang Direktur OL Mij Boemipoetera. Sedya Tama dicetak oleh Penerbit Mardi Moelja. Pemimpin redaksi dipercayakan kepada Bramono atau Alfonsius Soetarno Dwidjosarojo. Kemudian diganti oleh Brotosusastro dan selanjutnya Darusalam.

     

Pertanyaan Lainnya