jelaskan latar belakang sistem paksa di pulau jawa
Sejarah
nawi45
Pertanyaan
jelaskan latar belakang sistem paksa di pulau jawa
1 Jawaban
-
1. Jawaban danieljerydj
Latar belakang sistem tanam paksa di Indonesia secara garis besar dapat disimpulkan adalah untuk mengatasi kekosongan kas negara Belanda, Selama masa antara tahun 1816 dan 1830 pemerintah Belanda gagal dalam usahanya untuk mempraktekkan gagasan-gagasan liberal. Hal itu disebabkan karena tujuan utama yang harus dilakukannya adalah mengeksploatasi tanah jajahan untuk dapat memberikan keuntungan terhadap negeri induk. Di samping itu juga karena kurangnya pengertian terhadap suasana masyarakat Jawa.
Sementara itu pada tahun 1830 keadaan di tanah jajahan dan di Negeri Belanda sangat buruk. Pemberontakan Negara Belgia dan Perang Diponegoro telah banyak memakan beaya, sehingga beban hutang Negeri Belanda semakin besar.
Untuk menyelamatkan Negara Belanda dari bahaya kebangkrutan, maka Van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia dengan tugas mencari cara untuk mengisi kekosongan kas negara. Jawa dalam hubungan ini dianggap dapat mengisi kekosongan kas negara tersebut. Untuk melaksanakan tugas berat tersebut Van den Bosch memusatkan kebijaksanaannya pada soal peningkatan produksi tanaman ekspor yang selama sistem pajak tidak berjalan.
Mengingat Negeri Belanda pada waktu itu tidak mempunyai perdagangan, perkapalan dan pabrik, maka yang perlu dilakukan adalah mengerahkan tenaga rakyat tanah jajahan untuk melakukan penanaman yang hasil-hasilnya dapat dijual di pasaran dunia.
Penanaman itu bukan dilakukan secara bebas, namun dengan sistem tanam paksa. Hal ini dilakukan Van den Bosch setelah melihat kegagalan sistem pajak tanah. Apa yang kemudian dilakukan Van den Bosch itu kemudian terkenal dengan Sistem tanam paksa atau dengan nama resminya cultuurstelsel.
Sistem tanam paksa yang diperkenalkan itu pada dasarnya berisi suatu keharusan bagi penduduk Jawa untuk membayar pajak pemerintah dalam bentuk barang, yaitu hasil-hasil tanaman pertanian, untuk selanjutnya diekspor ke pasaran dunia oleh Belanda.
Pusat perdagangan dunia tersebut adalah Negeri Belanda sendiri, yaitu pusat perdagangan bagi hasil-hasil tanaman dari daerah tropis. Dengan cara demikian pemerintah memungut pajak dalam bentuk hasil tanaman dagangan secara besar-besaran yang dapat dikirim ke Negara Belanda.
Di Negara Belanda barang-barang dagangan itu dapat dijual kepada para pembelinya dari Eropa dan Amerika dengan keuntungan yang besar. Industri di Negara Belanda perlu dihidupkan agar hasilnya dapat dijual ke Indonesia.
Selain itu, hubungan perdagangan antara Indonesia dan Belanda akan menghidupkan pelayaran dan perkapalan, karena pengangkutan barang-barang dari kedua negeri itu harus diselenggarakan oleh kapal Belanda sendiri. Keuntungan tidak hanya akan dipetik oleh pihak pemerintah, tetapi juga oleh para pengusaha Belanda sendiri.