ekspedisi bangsa Portugis pada tahun 1497 yang dilakukan oleh vasco da gama selalu membawa batu padrao yang berfungsi untuk
IPS
raihan659
Pertanyaan
ekspedisi bangsa Portugis pada tahun 1497 yang dilakukan oleh vasco da gama selalu membawa batu padrao yang berfungsi untuk
1 Jawaban
-
1. Jawaban claramatika
Mata pelajaran: IPS
Kelas: SMP
Kategori : Sejarah - Portugis - batu Padrao
Materi : Fungsi batu padrao pada bangsa Portugis
Kata kunci: portugis, batu padrao
Pembahasan:.
Padrao berasal dari bahasa Portugis yang berarti batu prasasti berupa tiang berukuran besar yang bergambarkan lambang Kerajaan Portugal, yang didirikan oleh para penjelajah dari kerajaan Portugis sebagai tanda bahwa wilayah tersebut masuk dalam kekuasaan Portugis.
Padrao ini digunakan oleh para pemimpin penjelajahan bangsa Portugis seperti Bartolomeu Dias, Vasco da Gama, Enrique Leme, dan Diogo Cã ketika menemukan/menguasai wilayah baru atau mengadakan perjanjian dagang serta militer dengan penguasa lokal.
Di Indonesia terdapat satu padrão, yaitu Padrao Sunda Kalapa, yang saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.
Pada tahun 1527 saat armada kapal Portugis kembali di bawah pimpinan Francesco de Sa dengan persiapan untuk membangun benteng di Sunda Kalapa, ternyata gabungan kekuatan kerajaan Islam Sultan Banten yang dibantu oleh bala tentara kerajaan Islam Demak dan Cirebon berjumlah 1.452 prajurit di bawah pimpinan Fatahillah, sudah menguasai kerajaan Padjajaran dan Sunda Kelapa sehingga pihak Portugis gagal membangun benteng dan pos dagang.
Peristiwa ditaklukannya kerajaan Padjajaran, direbutnya Sunda Kelapa, dan diusirnya pasukan Portugis dari Sunda Kelapa diperingati dengan mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang berarti “kemenanagan yang nyata”. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 22 Juni 1527, oleh karena itu setia tanggal 22 Juni diperingati sebagai hari lahir kota Jakarta.
Padrão Sunda Kelapa, atau dinamakan juga “Perjanjian Sunda Kelapa”, ditemukan kembali pada tahun 1918, ketika dilakukan penggalian untuk membangun rumah di Jalan Cengkeh (dulu bernama Prinsenstraat), dekat Pasar Ikan, Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Koleksi Padrao di Museum Nasional adalah yang asli adapun yang berada di museum Fatahillah hanya replikanya saja.