Sejarah

Pertanyaan

jelaskan perann sriwijaya dalam proses integrasi bangsa

1 Jawaban

  • 1.  Kerajaan-kerajaan Islam itu telah merintis terwujudnya idiom kultural yang sama yaitu Islam. Hal itu mendorong terjadinya interaksi budaya yang makin erat, sehingga akan mempercepat proses integrasi nusantara. Berkembangnya pendidikan dan pengajaran Islam, telah berhasil menyatukan wilayah Nusantara yang sangat luas. Dua hal yang mempercepat proses itu yaitu penggunaan aksara Arab dan bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu (lingua franca).
    2.  Sejak zaman kuno, kegiatan pelayaran dan perdagangan sudah berlangsung di Kepulauan Indonesia.Pelayaran dan perdagangan itu berlangsung dari daerah yang satu ke daerah yang lain, bahkan antara negara yang satu dengan negara yang lain. Kegiatan pelayaran dan perdagangan pada umumnya berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini, menimbulkan pergaulan dan hubungan kebudayaan antara para pedagang dengan penduduk setempat. Kegiatan semacam ini mendorong terjadinya proses integrasi
    3.  Bahasa Melayu sejak zaman kuno sudah menjadi bahasa resmi Negara Melayu (Jambi). Pada mulanya bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa dagang. Akan tetapi lambat laun bahasa Melayu tumbuh menjadi bahasa perantara. Sedangkan bahasa Indonesia baru digunakan sebagai bahasa resmi setelah proklamasi. Bahasa Indonesia sebenarnya adalah salah satu dari banyak ragam bahsa melayu.
    4.  Bahasa Melayu digunakan hampir di semua pelabuhan-pelabuhan di Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu sejak zaman kuno sudah menjadi bahasa resmi Negara Melayu (Jambi). Pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi dan bahasa ilmu pengetahuan. Para pedagang di daerah-daerah sebelah timur Nusantara, juga menggunakan bahasaMelayu sebagai bahasa pengantar. Pada tahun 1641 VOC merebut Malaka dan kemudian mendirikan sekolah-sekolahdengan menggunakan bahasa Melayu. Jadi, secara tidak sengaja, kedatangan VOCmengembangkan bahasa Melayu.
    5.  Baru pada zaman Islam, seseorang dari suatu daerah tertentu dapat menjadi tokoh penting di daerah yang lain, dengan tidak memandang dari suku apa dia berasal, karenatelah diperekatkan oleh ajaran suci Al-Qur‟an bahwa “sesungguhnya orang-orang berimanitu bersaudara”. Kerajaan Islam yang pertama di Jawa adalah Kesultanan Demak. Di zaman SultanTrenggono, datanglah seorang ulama dan ahli perang dari Aceh. Itulah Fatahillah, yang diangkat menjadi panglima perang Demak, menggempur armada Portugis di Sunda Kelapa, lalu mendirikan kota Jakarta. Ini baru satu contoh bahwa benih-benih persatuan bangsa telah ditanamkan Islam sejak abad ke16! Tidak usah heran jika Ki Geding Suro, bangsawan Demak yang pergi ke Palembang, diterima dan diangkat menjadi raja pertama dari Kesultanan Palembang.Pati Unus (sebutan Portugis untuk Adipati Yunus) dari Demak mengirimkan angkatan lautnya untuk mengusir Portugis yang telah menaklukkan Malaka. Sayang sekali bala bantuan itu gagal karena kedudukan Portugis sudah terlalu kuat. Sekali un demikian, pengharapan akan bantuan dari saudara-saudaranya di Jawa tetaplah tinggal dalam jiwaanak Melayu, sehingga timbul dari bibir mereka sebuah pantun: Jika jatuh kota Melaka,mari di Jawa kita dirikan, jika sungguh bagai dikata, badan dan nyawa saya serahkan. Pantun ini telah beratus tahun menjadi dendang anak Melayu sampai sekarang, Ketika pengaruh Belanda masuk di Kerajaan Mataram, memberontaklah Trunojoyo,pahlawan dari Madura, terhadap Sunan Amangkurat I. Datang Karaeng Galesong dari Makassar menggabungkan diri dengan Trunojoyo untuk melawan Belanda. Syekh Yusuf Tajul-Khalwati ulama Makassar mengembara ke Banten, diangkat olehSultan Ageng Tirtayasa menjadi mufti kesultanan, dan bersama-sama berjuang melawanBelanda. Si Untung diberi gelar Surapati oleh Sultan Cirebon dan diberi gelar Wironegorooleh Sultan Mataram, padahal dia asalnya budak dari Bali, tetapi karena dia telah Islam dan berjuang melawan Belanda, dia diterima menjadi bangsawan Jawa.Tatkala usai Perang Diponegoro di Jawa, Belanda mengirim Sentot Ali Basyah keMinangkabau untuk memerangi kaum Paderi yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol.Sesampainya di Minangkabau Sentot segera berbalik arah dan bersekutu dengan kaum Paderi, demi dilihatnya yang dihadapinya adalah saudara-saudaranya seagama.Pada zaman sebelum Islam pembauran antar suku di Nusantara belum pernah terjadi,sebab belum ada rasa persaudaraan antar suku. Sebelum Islam datang ke Indonesia, bahasa Melayu hanya dipakai di Sumatera dan Semenanjung Malaka. Bahasa Melayu baru tersebar di Nusantara bersamaan dengan penyebaran Islam. Para ulama, di samping memperkenalkan agama baru,  juga memperkenalkan bahasa baru sebagai bahasa persatuan. Sebagai huruf persatuan digunakan Huruf Arab-Melayu atau Huruf Jawi, yang dilengkapi tanda-tanda bunyi yangtidak ada dalam huruf Arab aslinya.

Pertanyaan Lainnya